Aku suka sekali membaca buku. Walaupun dengan segala kemudahan sekarang, memesan buku tinggal klak klik saja lalu sampai, aku lebih suka datang ke toko buku dan berjalan-jalan mengitari rak-raknya. Aku suka wangi kertas buku. Hehe. Paling tidak, setiap sebulan sekali aku pasti menyempatkan diri untuk datang ke toko buku.
Walaupun suka membaca buku, Aku termasuk orang yang jarang banget membaca buku fiksi, termasuk novel karena yang aku perhatikan, novel yang beredar dipasaran menawarkan cerita yang sudah bisa ditebak alur ceritanya. Hehe.
Ketika sedang mencari buku di sebuah toko buku, ada sebuah novel yang cover-nya menarik perhatianku, Ada sebuah tenda dome beratapkan langit malam ditaburi bintang-bintang khas pendaki gunung. Aku membaca judul di cover novel itu. “Bara (Surat Terakhir Seorang Pengelana)” karya Febrialdi R. Aku gak tau ada berapa judul novel yang menceritakan kisah penggiat alam atau tentang dunia pendakian gunung (mountaineering). Terakhir novel fiksi yang pernah aku baca berlatar belakang cerita di atas gunung adalah 5 CM.
Novel Bara menceritakan tentang Bara, yang merupakan tokoh utama di sini. Seorang lelaki muda, pendaki gunung, relawan sekaligus penulis. Latar belakang keluarganya yang berantakan membuat hidupnya liar, deras dan bebas. Bara juga mengalami kisah cinta yang pelik. Bertubi-tubi cinta itu datang tak disangka, tetapi juga begitu kandas dan meninggalkan luka. Bara tidak ingin berusaha berhenti, walaupun ada yang memutuskan untuk pergi.
Aku gak akan menulis spoiler ceritanya di sini karena aku bukan menulis resensi. Hehe. Tapi ending dari alur ceritanya tak terduga. Kalian bisa baca sendiri novelnya. Terlepas dari cerita kehidupan Bara, aku suka quotes yang terselip di setiap chapter novel ini. Beberapa quotes yang aku suka yaitu,
“Sebaik-baiknya seorang petualang adalah menjadikan perjalanan sebagai tempat terbaik dan terindah untuk menimba ilmu” (Chapter 4)
“Sebaik-baiknya hidup adalah keberanian. Keberanian menghadapi kemungkinan-kemungkinan di tengah rasa takut akan ketidakpastian.” (Chapter 20)
“Rumah adalah tempat satu-satunya cinta dan kasih sayang selalu cukup.” (Chapter 24)
Selain novel Bara, ada satu lagi novel yang menarik perhatianku dan ini terletak di kelompok rak buku best seller. Judulnya “Gitanjali (Sebuah persembahan untuk menemukan hati)”. Lagi-lagi karena aku tertarik melihat cover bukunya yang terdapat siluet pendaki gunung. Penulisnya juga sama dengan penulis novel bara, yaitu Febrialdi R. Jadi, aku memutuskan untuk membelinya juga. Hehe.
Gitanjali berarti “Tembang Persembahan” yang berasal dari Bahasa sansekerta. Novel ini mengisahkan tentang seorang pemuda penggiat alam bernama Ed yang hendak melakukan pendakian tujuh puncak tertinggi di Indonesia (The Seven Summits of Indonesia). Dalam perjalannya, Ed mengalami berbagai macam hal yang tak pernah ia duga sebelumnya. Sepertinya Febrialdi mempunyai ciri khas menuliskan quotes di setiap chapter pada karya-karyanya. Beberapa Quotes yang aku suka pada novel ini, yaitu
“Beberapa orang lebih dulu diberi rasa takut memulai untuk menghadapi. Padahal tidak semua kesempatan datang untuk kesekian kali.” (chapter 19)
“Salah satu hal yang membuat doa dan keinginan kita terkabul, serta selalu dekat dengan keberuntungan adalah dimana kondisi batin atau hati kita dalam semua hal sungguh-sungguh sangat membutuhkan Tuhan.” (chapter 32)
Kedua novel ini menggambarkan sisi lain seorang pendaki. Di balik sosoknya yang terkadang terlihat tegar dan keras, sesungguhnya mereka juga memiliki hati yang lembut. Selalu ada yang lebih tinggi dari gunung tertinggi. Selalu ada yang lebih luas dari alam semesta. Tidak ada perjalanan yang sia-sia, jika manusia tidak sekedar melangkah dan apa yang kita tuju bisa jadi mengarahkan kita pada hal lain yang lebih berarti. Semoga bermanfaat.