Service MacBook harganya jutaan. Masih mau pakai MacBook?

    Hallo semuanya. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Senang sekali rasanya bisa menulis lagi setelah sekian lama hiatus. Hehe. Di kesempatan kali ini aku ingin sharing pengalaman service laptop MacBook. Jadi, untuk membantu pekerjaanku dalam mendesain sehari-hari aku dibantu oleh dua laptop. Laptop yang pertama adalah MacBook Pro keluaran tahun 2015 yang masih menggunakan processor intel dan yang kedua adalah MacBook Pro keluaran tahun 2020 yang sudah menggunakan processor M1. Yang mengalami kerusakan adalah yang MacBook Pro tahun 2015. Setelah digunakan selama kurang lebih 7 tahun dia tumbang juga. Hehe.

    Kejadiannya bermula ketika aku ingin charger laptopku karena baterainya tinggal 10 persen-an. Pertama-tama semua terasa normal dan baik-baik saja. Tetapi beberapa detik kemudian indikator baterai ketika di-charge tidak berjalan lagi. Segera aku save file-file desain yang sedang aku kerjakan. Aku kira hanya longgar saja charger-nya. Aku cabut colok untuk memastikan. Lampu pada charger berjalan dengan normal. Tetapi tidak mengisi daya baterai. Aku diamkan beberapa saat, kemudian aku coba cabut colok lagi di stop kontak yang berbeda-beda. Tetapi tidak berpengaruh sama sekali. Baterai kemudian habis dan laptop mati total. Beberapa jam kemudian, Aku tetap berusaha charger laptop dalam keadaan baterai habis dan screen mati hingga kurang lebih setengah jam lamanya. Ketika aku mencoba menekan tombol power-nya, screen tidak mau menyala. Seharusnya kalau terisi baterainya kan menyala. Aku berpikir untuk mencobanya lagi besok. Mungkin laptopnya perlu healing dulu. Hehe.

Kondisi lampu charger menyala tetapi screen sudah mati kehabisan baterai

    Keesokan harinya aku mencoba kembali tetapi hasilnya masih dalam kondisi yang sama seperti sebelumnya. Mungkin karena aku terlalu kencang menancapkan charger-nya ke stop kontak, duckhead pada charger jadi ikut rusak. Ini menambah masalah lagi. Haha. Aku mencoba membeli duckhead baru di online shop. Tidak ada yang bisa aku lakukan lagi sampai duckhead-nya tiba di rumah.

duckhead yang rusak

    Esoknya, ketika barang yang ku pesan datang, aku langsung menggantinya. Tetapi masih tidak ada perubahan. Dengan kesotoyan, aku mencoba mencari-cari video cara mengatasi masalah ini di YouTube. Aku sudah ikuti step-step yang dikatakan beberapa video. Tetapi nihil. Mungkin ini ada hardware yang rusak pikirku. Aku segera menghubungi temanku yang pernah service MacBook-nya dan memang satu kampus denganku dulu, tetapi beda kelas. Ternyata, dia service MacBook-nya dengan teman kuliah kami yang masih satu jurusan, tetapi beda kelas. Hahaha. Dunia selebar daun kelor. Sudah bertahun-tahun berlalu ternyata dia tidak menjadi Desainer Grafis lagi dan mendirikan usaha sendiri jasa service MacBook. Aku baru tau update-nya. Aku segera meminta kontaknya agar laptopku segera diperbaiki. 

    Aku prefer service dengan orang yang aku kenal sih. Menurutku lebih aman dan terpercaya. Banyak juga kan tempat service laptop yang tidak amanah. Ntah ada yang diambil atau dituker komponennya. Kasihan untuk orang awam yang tidak tahu. Semasa kuliah aku juga selalu meminta temanku untuk memeriksa jika ada hal-hal aneh pada laptopku.

    Oke balik lagi ke cerita service MacBook. Setelah aku kontak temanku, kami janjian di McD pagi hari ketika weekend. Aku datang lebih dulu kemudian aku memesan salah satu menu dan menunggunya, 15 menit kemudian temanku datang. Aku langsung memberikan laptopku dan aku menceritakan lagi kronologinya. temanku mengeluarkan semacam pouch yang berisi obeng-obeng dengan berbagai ukuran. Kemudian dia mulai memutar sekrup yang terdapat di bagian body belakang laptop satu persatu. Dia mulai menganalisa dan mengatakan kalau kemungkinan laptopku rusak bagian logic board. Dia menjelaskan yang intinya adalah logic board memiliki peranan penting dalam sebuah komputer termasuk pada MacBook atau iMac itu sendiri, karena hampir semua inti komponen ada pada logic board. Komponen inti pada logic board antara lain prosessor yang mempunyai fungsi mengontrol keseluruhan jalannya sebuah sistem komputer dan digunakan sebagai pusat atau otak dengan fungsi melakukan perhitungan dan menjalankan tugas. Setelah itu dia izin untuk membawa laptopku agar diperikasa lebih lanjut dan kembali memasang sekrup-sekrupnya. Kami sedikit bernostalgia saat di kampus dulu dan dia menceritakan bagaimana dia mendalami dunia Apple dan bisa menawarkan service MacBook sebelum akhirnya kami saling pamit dan kembali dengan urusan masing-masing.

    3 hari kemudian, temanku chat aku kembali dan bilang kalau benar logic board-nya yang rusak serta kabel chargeran-ku harus diganti dengan total biaya service semuanya 3 jutaan. Hehe. Tinggal tambahin 4 jutaan lagi sudah dapat laptop windows yang baru nih. Laptop yang di-service ini banyak sejarahnya. Aku membelinya saat laptop ini dilelang di kantor tempat aku bekerja dengan harga yang miring. Kebetulan aku yang menggunakan laptop ini kurang lebih selama 3 tahun-an. Masih bagus banget kondisinya. Mungkin sudah usia juga dan dia lelah jadi ada beberapa komponen yang perlu diganti. Aku sendiri lebih suka desain MacBook yang dulu dibanding yang sekarang. MacBook yang dulu logo apple-nya menyala sedangkan yang keluaran 2015 ke atas sudah tidak menyala lagi. Lalu juga soal usb. MacBook yang dulu tidak perlu dongle. Yang versi setelahnya menggunakan usb type c, jadi mau gak mau perlu membeli aksesoris tambahan yang harganya menurutku lumayan. Hehe.

    Setelah menyetujui biayanya, temanku akan memprosesnya. Kurang lebih service-nya menghabiskan waktu 2 mingguan karena temanku ini sedang banyak antrian laptop yang harus di-service dan aku tidak terlalu terburu-buru juga. 

    Setelah service selesai, kami janjian di McD lagi. Hobi banget ya ke McD. Temanku kemudian menyerahkan laptopnya kepadaku dan kemudian aku diminta memeriksanya. Setelah aku periksa semuanya dan laptopku kembali normal, temanku memberi tips-tips agar laptop yang digunakan lebih awet. Garansi yang diberikan 60 hari. Semoga awet setelah diperbaiki nih. Aksesoris dan harga service-nya buat aku waw banget nih apple groak soalnya. Hehe. Jadi, kalau MacBook kalian ada komponen yang rusak, kalian lebih pilih service atau beli baru aja? Semoga bermanfaat :)

Terjebak dalam Toxic Productivity

    Kalian pernah gak sih merasa bersalah kalau terlalu banyak waktu luang tapi kalian merasa tidak mempergunakannya dengan baik? sayang aja gitu kalau waktu terlewatkan hanya untuk digunakan rebahan, scrolling sosmed, nonton netflix dan kegiatan-kegiatan yang dirasa sia-sia. Aku sering merasa seperti itu semenjak WFH (Work From Home) dua tahun belakangan ini. Kegiatanku lebih banyak dihabiskan di rumah. Dari mulai bangun tidur sampai tidur lagi. Yang ada di pikiranku setiap hari adalah "Habis ini ngapain lagi ya?" mencari-cari kegiatan yang menurut aku kegiatan itu adalah "produktif" seperti aku bikin konten di sosial media, aku ambil pekerjaan freelance di luar jam kerja, aku belajar hal-hal baru untuk upgrade skill. Semua berulang setiap hari. Setelah aku browsing dan mencari tahu, aku rasa, aku terjebak dalam toxic productivity

    Menurut Dr. Julie Smith - seorang psikolog klinis dari Hampshire, Inggris -, toxic productivity adalah sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan merasa selalu bersalah jika tidak bisa melakukan banyak hal. Ada keinginan tidak normal untuk menjadi produktif setiap saat. Bisa dibilang "overworking" atau "workaholic". Padahal sesuatu yang berlebihan bisa berdampak buruk, bukan menjadi lebih baik.

    Aku tersadar bahwa aku terjebak dalam toxic productivity ketika aku sakit seminggu yang lalu. Aku memforsir diriku. Setelah di waktu weeekend aku membersihkan rumah dari pagi hingga sore, empat hari berikutnya aku begadang menyelesaikan pekerjaan secara terus menerus. Padahal pekerjaan itu masih bisa dikerjakan keesokan harinya. Tetapi, ntah mengapa aku merasa bersalah dan tidak bisa tidur kalau tidak bisa menyelesaikannya hari itu juga. Selama sakit, aku hanya terbaring. Aku berusaha memaksimalkan waktu istirahat. Aku menahan diri dari keinginan untuk melakukan kegiatan lain. Pertama-tama aku merasa bersalah. Tapi, aku berusaha meyakinkan diriku bahwa tidak apa-apa untuk beristirahat sebentar. Mungkin dengan sakitku ini, Allah ingin aku supaya beristirahat. Aku bahkan  mengurangi intensitasku dari memegang gadget. Membuka chat yang sekiranya perlu cepat aku balas dan aku juga tidak membuka social media. Yang aku pikirkan saat itu adalah aku ingin sehat kembali. Mungkin aku terlalu dzalim pada diriku sendiri. Butuh 10 hari untuk recovery tubuhku. Aku mengalami burnout atau stres berat yang berdampak pada kesehatan baik mental maupun fisik.

    Jadi, setelah tubuhku sehat kembali, aku tersadar agar tidak terjebak dalam toxic productivity lagi, aku membuat batasan-batasan pada diriku seperti harus tidur cukup selama 8 jam, mengobrol face to face dengan anggota keluarga di jam sekian sampai jam sekian, membuat prioritas kegiatan yang dilakukan, tidak apa-apa jika ada satu hari dalam seminggu rebahan atau bermalas-malasan untuk charge energi kembali menghadapi hari berikutnya. Tidak memaksakan diri jika memang dirasa tubuh dan pikiran sudah merasa lelah.

    Pada akhirnya, produktivitas yang baik adalah produktivitas yang memberimu waktu untuk beristirahat, dan pada saat yang bersamaan, mendorong kamu untuk mencapai tujuan dengan cara yang sehat. Semoga bermanfaat.

“overworking” dan “workaholic”.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanda Anda Terjebak Toxic Productivity", Klik untuk baca: https://health.kompas.com/read/2021/10/13/050000468/tanda-anda-terjebak-toxic-productivity?page=all.
Penulis : Ariska Puspita Anggraini
Editor : Ariska Puspita Anggraini

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L
“overworking” dan “workaholic”.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Tanda Anda Terjebak Toxic Productivity", Klik untuk baca: https://health.kompas.com/read/2021/10/13/050000468/tanda-anda-terjebak-toxic-productivity?page=all.
Penulis : Ariska Puspita Anggraini
Editor : Ariska Puspita Anggraini

Download aplikasi Kompas.com untuk akses berita lebih mudah dan cepat:
Android: https://bit.ly/3g85pkA
iOS: https://apple.co/3hXWJ0L

Pengalaman Aku Mengalami Anosmia

    Anosmia mulai populer ketika pandemi covid 19 melanda dunia. Ya, salah satu ciri terkena covid 19 adalah mengalami anosmia. Anosmia adalah ketidakmampuan atau penurunan kemampuan untuk mencium bau.  Virus covid 19 di awal kemunculannya adalah varian delta dan sekarang berkembang lagi ada yang varian omicron. Aku terkena anosmia sekitar seminggu yang lalu semenjak tulisan ini aku publish. Aku tidak tahu apakah aku terkena virus salah satu varian covid 19 atau tidak karena aku juga tidak mengecekan diri, hanya isolasi mandiri. Yang aku baca di beberapa artikel, varian omicron yang terbaru ini juga tidak menyebabkan anosmia. Hanya seperti flu biasa.


    Aku akan menceritakan awal mula aku mengalami anomsia dan usaha aku untuk menyembuhkannya. Di tulisan sebelumnya dengan judul Kebiasaan Baru Selama Pandemi Covid 19, aku beberes rumah di waktu weekend pada tanggal 19 dan 20 februari 20222. Aku membereskan rumah dari pagi sampai sore di kedua hari itu. sampai gudang penuh debu aku bereskan. Di hari senin berikutnya, aku harus overtime karena pekerjaan sedang hetnic dan itu berlangsung selama 4 hari. jadi selama 4 hari aku begadang hingga pagi. Aku baru tidur sekitar jam 2 pagi selama 4 hari itu. Yang menurutku ikut andil  aku sakit adalah selain kecapean, aku minum air es selama 4 hari begadang itu. Badanku terasa lemas. Aku juga tidak melakukan olahraga sama sekali. Ketika hari jumat malam, aku merasa demam, flu dan sedikit batuk. Badanku panas sekali, aku hanya tidur saja menggunakan selimut dan aku menghirup dan mengoleskan minyak aromaterapi. Keesokan paginya, ibuku membelikan aku obat yang mengandung paracetamol dan juga obat untuk radang tenggorokan karena aku merasa sulit sekali menelan makanan. Kalau menelan makanan atau minuman terasa sakit sekali. Seharian aku hanya minum obat dan bed rest. setelah makan malam dan minum obat, ketika aku ingin menghirup minyak aromaterapi, tiba-tiba aku tidak bisa mencium sama sekali. Aku mencoba mencium bawang putih, sabun, shampo yang ada di kamar mandi pun tidak tercium bau apa-apa. Aku panik malam itu. 

    Aku berusaha tetap positif thinking. Aku melakukan isolasi mandiri. jadi aku tidak kemana-mana. Aku minum obat paracetamol, radang tenggorokan dan obat batuk secara bergantian. aku juga meminum madu dan wedang uwuh. Wedang uwuh adalah minuman khas Jogja dengan bahan-bahan yang berupa dedaunan mirip dengan rempah. Dalam bahasa Jawa, wedang berarti minuman yang diseduh, sedangkan uwuh berarti sampah. Wedang uwuh disajikan panas atau hangat memiliki rasa manis dan pedas dengan warna merah cerah dan aroma harum. Alhamdulillah di minggu itu ada 2 tanggal merah yaitu isra miraj dan juga nyepi. jadi aku bisa beristirahat dengan lebih optimal.

    Anosmia yang kualami berlangsung selama kurang lebih 3 hari. Di dalam kepasrahan dan ketidakberdayaan sebagai manusia, aku hanya bisa berusaha dan berdoa. Ini hanyalah satu dari sekian nikmat yang aku lupakan, yaitu bisa mencium bau. Betapa tidak enaknya tidak bisa mencium bau apapun. Makan pun jadi kurang berselera. Usaha yang aku lakukan agar indera penciumanku kembali adalah dengan bergantian mengendus minyak kayu putih, minyak aromaterapi, bawang putih, parfum yang aku gunakan, sabun dan shampo setiap kali aku membersihkan diri. Sambil aku mengendus, sambil aku mengingat bagaimana aromanya. Alhamdulillah perlahan demi perlahan indera penciumanku kembali dan tubuhku sedikit demi sedikit mulai membaik. Terimakasih Allah telah mengembalikan nikmat ini lagi padaku. Semoga aku bisa senantiasa selalu bermuhasabah diri dan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Semoga yang sedang sakit Allah angkat penyakitnya dan bisa sehat kembali. Aamiin.

Kebiasaan Baru Selama Pandemi Covid 19

    Kalian selama pandemi punya kebiasaan baru gak sih? kalau aku ada. salah satunya kebiasaan bersih-bersih rumah. Padahal sebelum pandemi aku termasuk orang yang cuek soal kebersihan. Bukan cuek yang gak peduli atau jorok banget. Tapi biasa aja. Menaruh barang di sembarang tempat. Debu nempel di meja ruang tamu, pajangan rumah, kaca buffet, dan lain-lain juga dibersihinnya paling sebulan sekali. Kalau sekarang setelah pandemi risih kalau rumah berantakan, setelah selesai menggunakan barang, langsung dikembalikan ke tempat asalnya. biar gak lupa juga sih. Terus lap meja, kaca, buffet juga hampir setiap hari. Padahal sebelumnya males banget. Hehe.

 

    Rumah yang bersih, rapih dan wangi bikin mood bagus ternyata. Ibadah juga menjadi semakin nyaman dan jadi makin betah di rumah. Barang-barang yang tertata rapih jadi lebih mudah mencarinya. Kalau sebelumnya aku selalu bertanya pada Ibu, "Bu, lihat gunting kuku dimana nggak?" atau "Bu, pisau dapur diletakan dimana ya?". Hehe. Sekarang, sudah ada tempat masing-masingnya. Rumah yang bersih juga mencegah penyakit datang dan tamu yang berkunjung juga merasa lebih nyaman.

    Selain kebersihan rumah, aku juga jadi care dengan kebersihan diri. Aku termasuk orang yang suka makan menggunakan tangan. Nikmat aja gitu apalagi menggunakan sambal. Hehe. Bukan berarti sebelum pandemi aku gak cuci tangan sebelum makan, tetapi aku jadi lebih care cara mencuci tangan dengan baik dan benar. Hehe.

    Oh iya dengan bersih-bersih rumah jadi tersadar ternyata banyak banget barang yang tidak terpakai. Saat minggu lalu aku merapihkan kembali pakaianku di lemari, banyak banget baju yang tidak aku gunakan lagi padahal selama pandemi aku juga tidak membeli baju, saat lebaran juga menggunakan baju lamaku. Selama 2 tahun pandemi, pekerjaan aku lakukan dari rumah. Bahasa kerennya sih WFH (Work From Home) jadi lebih sering tidak menggunakan baju formal. Hehe. Baju-baju yang jarang aku pakai atau hanya sekali dua kali pakai saja karena waktu itu membelinya untuk acara tertentu, aku masukin ke dalam kardus dan aku kirimkan untuk orang yang membutuhkan. Lumayan jadi bikin lemari lebih ringkas dan lega, yang tadinya butuh tiga lembari baju, sekarang satu lemari cukup untuk gamis, kemeja, rok bawahan dan kerudung yang memang benar-benar masih aku pakai dan itu sudah cukup. Baju banyak-banyak untuk apa? padahal yang dipakai itu-itu lagi. Hehe.

    Begitupun dengan sepatu. Dulu beli sepatu pantofel hanya untuk ikut tes CPNS. Habis itu tidak terpakai lagi karena memang aku kurang nyaman menggunakan sepatu seperti itu. Lalu aku juga membeli beberapa sepatu heels, rencananya sih mau belajar jadi wanita yang lebih anggun. Tapi ternyata sakit ketika digunakan lama. Hehe. Jadi, cuma sekali dua kali saja aku pakai. Aku lebih suka menggunakan sepatu sport. Lebih nyaman aja kalau jalan jauh, naik turun tangga stasiun, berlari mengejar kereta. Hehe. Jadi untuk sepatu atau sandal yang aku tidak gunakan lagi, aku masukan ke dalam kardus siapa tahu nanti ada tetangga atau siapapun yang membutuhkan bisa aku kasih. Rak sepatu jadi lebih rapih dan tidak banyak debu. Hehe. 

    Mungkin segitu aja cerita aku dengan kebiasaan baru selama pandemi. Kalau kalian ada kebiasaan baru apa? Semoga bermanfaat :)

Search This Blog

Powered by Blogger.

Labels

Pages

Followers