Setiap keluarga memiliki kisahnya masing-masing. Kita tidak pernah bisa memilih terlahir sebagai anak sulung, anak tengah, anak bungsu atau anak tunggal. Tapi kita masih bisa memilih bagaimana menyikapi semua persoalan hidup. Dalam kesempatan ini saya ingin sharing bagaimana rasanya menjadi anak tunggal perempuan dalam keluarga. Anak perempuan tunggal dalam tulisan ini maksudnya adalah anak perempuan satu-satunya tanpa saudara kandung laki-laki. Tulisan ini hanya opini pribadi dan berdasarkan pengalaman penulis.

Photo by Monstera from Pexels

    Menjadi anak perempuan tunggal dalam keluarga akan mendapatkan cinta kasih seorang Ayah lebih dari apapun, yang mana setiap orang tau, cinta kasih Ayah adalah cinta kasih terbaik dari semua laki-laki dimuka bumi. Anak perempuan tunggal menjadi teman berbagi Ibu tentang banyak hal. Ia juga yang bertugas untuk menjadi anak dengan kewajiban yang akan sama dengan anak-anak lainnya. Menjadi anak tunggal tidak perlu rebutan apapun di rumah dengan siapapun. Tidak ada ribut-ribut dengan siapapun di rumah karena siapa juga yang diajak ribut. Hehe. 

    Banyak orang yang berpendapat bahwa anak perempuan tunggal adalah anak yang manja, egois, cengeng, tidak mandiri, penakut, boros, keras kepala, bahkan pemalas. Setiap keinginannya yang diutarakan kepada orang tua selalu bisa terealisasi dengan mudah. Perlu diluruskan bahwa karakter Anak tunggal itu sendiri tergantung dari banyak faktor. Mulai dari keluarga, lingkungan, pertemanan, dll. Bukan hanya anak tunggal sepertinya ya. Tetapi karakter setiap anak.

    Anak perempuan tunggal tak selalu buruk, justru karena dia adalah anak perempuan satu-satunya tanpa saudara kandung, ia terbiasa untuk menjadi mandiri dan tidak manja dalam mengerjakan apapun, terbiasa berani dalam menghadapi keadaan yang terjadi karena tak ada tempat baginya untuk berpegang selain dirinya sendiri dan Tuhan. Ia juga terbiasa untuk menghemat  dengan memiliki prinsip sesuatu yang lebih prioritas yang diutamakan, dan juga ia bisa tiba-tiba menjadi yang rajin didalam rumah karena hanya ia yang diandalkan untuk mengerjakan berbagi pekerjaan rumah selain Ibu. Untuk stigma keras kepala, keras kepalanya insyaAllah digunakan untuk hal yang benar dan baik.

    Seandainya orang-orang paham, bahwa menjadi anak perempuan tunggal juga memiliki beban pikul yang berat, sebagai anak perempuan tunggal ia harus berusaha untuk menjadi anak yang membanggakan keluarga, yang dapat diandalkan, yang terlihat sempurna, yang pada dirinya terdapat ekspetasi yang begitu tinggi dari orang-orang di sekelilingnya. Beban yang dia dapatkan justru akan berat karena setiap harapan, impian dan doa orang tua terpusat kepadanya.

    Tapi kan jadi anak tunggal enak gak perlu dibanding-bandingkan dengan kakak atau adik? Ya memang gak akan dibanding-bandingkan dengan yang punya saudara kandung. Tetapi bisa saja dibanding-bandingkan dengan sepupu sendiri, anak tetangga atau anak tunggal dari keluarga lainnya sebagai role model yang hidupnya sempurna.

    Apakah anak tunggal merasa kesepian? Jawaban saya tidak selalu begitu. Hidup mengajarkan saya bahwa persaudaraan itu bukan hanya berdasarkan pada persamaan darah dan keturunan. Blood connection is not evertything! Teman bahkan tetangga pun sudah seperti saudara sendiri.

    Paling ya sedihnya saat orang tua sakit, harus menanggung beban moral sendirian. Bukan beban untuk merawatnya. Tapi beban kesedihan, rasa tidak berdaya, tidak ada tempat berbagi pikiran sebelum mengambil keputusan. Seandainya punya saudara, mungkin bisa saling meringankan beban satu sama lain dan menangis bersama untuk kembali tersenyum.

    Saya rasa kehidupan saya sebagai anak tunggal tidak jauh berbeda dengan kehidupan mereka yang memiliki saudara diluar sana. Dimanja ? Tidak. Dinomor satukan ? Tidak. Dipenuhi segala keinginannya ? Tidak.

    Jadi, buat kamu-kamu yang anak tunggal perempuan, kalian harus semangat ya karena "bahu" kalian adalah "bahu-bahu kuat" yang sudah dipercaya oleh Tuhan untuk memikul tanggung jawab keluarga dan kehidupan kalian sendiri. Semua dipikirkan, diputuskan dan dilakukan sendiri. Toh nantinya ketika kita meninggal juga akan sendirian kan? Semoga tulisan ini bermanfaat.

No comments

Search This Blog

Powered by Blogger.

Labels

Popular Posts

Followers