Kalau kamu sedang jenuh dengan rutinitas pekerjaan, bosan dengan pemandangan gedung perkantoran dan gak punya banyak waktu untuk liburan, untuk mengajukan cuti pun tidak memungkinkan, kamu bisa melakukan short escape untuk melihat pemandangan yang indah di sekitar Jabodetabek saat weekend. Salah satunya adalah ke Kawasan Gunung Bunder. 

Gerbang Selamat Datang

    Gunung Bunder terletak di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Gunung Bunder memiliki ketinggian 750-1.050 mdpl dan merupakan wilayah yang ditanami pohon pinus. Aku bersama temanku berangkat dari Depok sekitar jam setengah sepuluh pagi. Ini memang kesiangan karena sempat galau juga jadi berangkat atau tidak mengingat cuaca di bulan maret ini sedang musim hujan. Tetapi pagi itu cuaca sedang cerah. Kami berangkat menggunakan sepeda motor dan melewati Jalan Raya Parung Bogor.

    Perjalanan kami alhamdulillah lancar. Setelah melewati pasar Ciampea, kami tiba di Taman Wisata Gunung Bunder sekitar jam 12 siang via Cibatok. Cuaca siang itu berubah menjadi mendung dan mulai gerimis. Harga tiket masuk ke sini 35 ribu untuk satu sepeda motor dan untuk dua orang. Sepanjang perjalanan kami melewati hutan pinus dan jalan berbatu yang cukup terjal. Hujan mulai turun dengan deras. Akhirnya kami memutuskan untuk meneduh terlebih dahulu di sebuah warung. Aku meminum susu kotak dan 3 keping biskuit yang aku bawa dari rumah untuk mengganjal perut karena sudah memasuki jam makan siang. Temanku memesan indomie rebus dan telur di warung. Kami meminta izin ibu penjaga warungnya untuk salat dzuhur di samping warung yang beralaskan karpet. Airnya dingin sekali. 

    Selain kami, ada beberapa remaja yang memakai seragam pramuka berteduh juga. Sepertinya mereka sekolah di sekitar Taman Wisata Gunung Bunder ini dan sudah terbiasa main ke sini. Beberapa kali kami melihat kendaraan pengunjung Taman Wisata ini naik turun dalam kondisi hujan. Aku tidak membawa jas hujan. Sedangkan temanku hanya punya satu. Jadi, Kami memutuskan untuk menunggu hujan reda saja. Bahaya juga kan membawa kendaraan pada saat hujan di hutan. Selain kabut yang menghalangi pandangan, jalanan yang berbatu dan berlumut juga licin kalau tidak hati-hati. Sambil menunggu hujan reda, aku mengobrol random dengan temanku. Tadinya kami ingin ke Curug Seribu, tapi berhubung treknya lumayan menantang dan cuaca yang tidak memungkinkan, akhirnya kami memutuskan untuk ke Curug Cigamea saja yang dimana lokasinya adalah paling ujung hampir keluar dari Kawasan Halimun Salak.

    Setelah hujan agak reda, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Curug Cigamea. Mengendarai motor di jalanan yang berbatu dan licin memacu adrenalin. Sebelah kiri tebing, sebelah kanan jurang dan tentunya kami selalu berdoa. Pemandangan hutan yang MasyaAllah indahnya. Pohon pinus berjajar rapi menembus langit. Sisi tebing dipenuhi oleh tanaman pakis raksasa yang cantik. Di tengah perjalanan, kami menemui pengendara motor yang terpeleset. Kami membantu mereka bangun. Setelah memastikan semua baik-baik saja, kami pamit jalan duluan. 

    Saat mendekat ke arah Curug Cigamea, jalanan mulai rata, Kami mulai menemukan beberapa rumah penduduk. Semakin mendekat, ternyata banyak sekali vila-vila yang berjajar. Mungkin kalau kemalaman dan masih betah mengagumi alam, bisa menginap di salah satu vila tersebut. Oh iya, dari arah Halimun Salak ke Cigamea ada satu tanjakan yang menikung, itu lumayan horor sih jalannya. Harus hati-hati banget di sini. Alhamdulillah bisa terlewati dengan baik.

    Setelah melewati jalanan yang terjal dan naik turun, kami tiba di pintu masuk Curug Cigamea. Lokasinya tepat di jalan yang menurun. Kami memarkir motor terlebih dahulu di depan pintu masuk. Kendaraan yang terparkir hanya hitungan jari. Mungkin karena cuaca juga sedang tidak bersahabat. Kami diminta membayar 25 ribu rupiah untuk tiket masuk dan sudah termasuk parkir motor. Mungkin tiket masuknya 10 ribu kali ya per orang dan parkir motor 5 ribu rupiah.

    Curug Cigamea berjarak kurang lebih 400 meter dari pintu masuk. Akses jalan dari pintu masuk menuju air terjun tertata rapi dengan tangga konblok berundak. Jalur tersebut sudah dilengkapi dengan pagar pembatas. Saat menempuh jalan ke Curug, kita menempuh jalan yang menurun tajam. Satu anak tangganya saja hampir setinggi 30 cm. Jalannya pun berlumut, hanya bebatuan di tengahnya saja yang aman. Jadi benar-benar pastikan untuk memakai sandal atau sepatu yang bawahnya tidak licin.  Deretan bukit memenuhi pemandangan di sekitar jalur trekking ini. Kami melihat warung-warung kosong dan rusak tak ada lagi penghuninya di sepanjang jalan setapak yang kami lewati. Mungkin karena monyet-monyet liar di Hutan. Dari jalur undakan konblok yang kami lewati ini, kita dapat melihat ketinggian air terjun yang sebenarnya. Karena terlihat cukup jelas saat diperhatikan sisi kiri tebing di depan.

Tangga konblok berundak

    Setelah sekitar 15 menit berjalan. Kami tiba di Curug Cigamea. Curug ini memiliki dua buah air terjun bersebelahan dengan ketinggian 30 meter dan 50 meter. Air terjun pertama debit airnya tercurah menyebar, berdinding tebing hitam dan terkesan keras seperti batu cadas. Air terjun kedua tercurah dari sela-sela tebing diantara tetumbuhan. Dindingnya berupa tebing kemerahan seperti tanah, dengan aliran air yang tetap jernih. Percikan airnya membentuk gerimis. Di bawah curug terhampar bongkahan batu-batu kali besar berwarna hitam pekat. Di sekitarnya pepohonan rimbun. Hawanya sejuk sekali dan airnya dingin.

Curug Pertama

 

Curug Kedua

    Beberapa pengunjung juga menikmati berendam dan duduk bermain air di kolam bawah air terjun.  Tentunya dengan tidak melewati batas aman. Ada juga yang menikmati sejuknya air terjun sambil berdiri di bawah curahannya yang terasa seperti rintik hujan. Kedua air terjun ini cukup aman digunakan untuk berendam di kolamnya yang kehijauan. 

    Selain air terjun, ada penjual gorengan, mie rebus, jajanan, kopi, bahkan sate pun juga ada. Haha. Jika handphone lowbet atau tidak membawa kamera, di sana ada beberapa Bapak-bapak Fotografer yang menawarkan jasanya. Ada toilet dan juga Mushala.

    Karena cuaca mulai germis, setelah berfoto dan bermain air pukul 14.30 kami memutuskan untuk pulang. Lumayan ngos-ngosan menaiki satu demi satu anak tangga yang lumayan tinggi ini. Sekalian olahraga. Hehe. Setelah keluar dari Taman Wisata Gunung Bunder, Di tengah perjalanan pulang, kami salat ashar di Masjid Abdul Kadir, Pamijahan Bogor. Masjidnya besar dan arsitekturnya bagus sekali. Tempat wudhu dan toiletnya nyaman juga. Setelah salat, kami melanjutkan perjalanan pulang. Kami sampai kembali Di Depok pukul 6 sore. Beberapa kali perjalanan terhenti karena hujan yang lumayan deras. Perjalanan yang menyenangkan dan pengalaman yang berkesan. Next, kemana lagi ya? :)

No comments

Search This Blog

Powered by Blogger.

Labels

Popular Posts

Followers