Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Allah tuh memberi kita ujian pasti ada hikmahnya. Tapi seringnya kita yang berburuk sangka duluan sama Allah. Kenapa aku yang harus mengalami? dunia ini gak adil banget dan mulailah muncul kata-kata putus asa dan air mata yang tak berkesudahan. Ya, namanya juga manusia ya. Hehe. Aku gak nyangka banget banyak yang DM ke instagram dan twitter aku menanyakan pengalamanku tentang telinga berjamur atau otomikosis yang pernah aku tulis di blog ini sebelumnya. Buat teman-teman yang mungkin belum dan ingin baca, bisa baca part satunya dengan  KLIK DI SINI. Pertanyaan yang aku terima umumnya sama dan berulang-ulang menanyakan rumah sakitnya dimana, lalu nama dokternya siapa, setelah berobat itu masih kambuh atau tidak, dan lain-lain. Di tulisan ini aku akan ceritakan lebih lanjut semuanya karena takutnya aku sedang tidak bisa fast respon membalas DM di instagram atau twitter, tapi kalian perlu info ini secepatnya. Aku berharap tulisan ini bisa bermanfaat.

Photo by Karolina Grabowska from Pexels

    Allhamdulillah selama aku hidup, aku pribadi belum pernah berurusan dengan sakit yang sampai harus berhubungan dengan rumah sakit. Jika mengunjungi rumah sakit hanya dengan tujuan untuk menjenguk saudara, teman atau kerabat yang sakit. Doakan aku selalu sehat ya. Aku paling hanya sakit demam, flu, batuk yang bisa ikhtiar sembuh dengan membeli obat di warung atau apotek. Mengalami telinga berjamur atau otomikosis sangat berkesan untukku dan aku akan ingat seumur hidupku. Pertama kalinya ke rumah sakit sendirian, mengunjungi ke beberapa rumah sakit berharap agar bisa sembuh, bolak balik konsul dengan dokter THT seminggu bisa dua sampai tiga kali kunjungan. Sudah sampai lebih dari 10 kali konsul belum ada perubahan. Sempat beberapa kali putus asa. Apakah penyakit ini tidak bisa sembuh? mulai muncul kekhawatiran, Bagaimana jika pendengaranku tidak bisa normal kembali dan harus berurusan dengan rumah sakit seumur hidupku? tidak bisa aku bayangkan.

    Hampir setiap hari aku berselancar di dunia maya untuk mencari tahu tentang penyakit ini, mulai dari penyebabnya apa, bagaimana cara menanganinya dan sebagainya. Tentu saja aku mendapat beragam jawaban dan aku tidak tahu apakah cara menangani penyakit ini akurat seperti yang aku baca di artikel-artikel atau malah makin memperburuk keadaan. Info tentang penyakit ini sangat sulit aku dapatkan. Sangat jarang orang yang pernah mengalami penyakit ini sharing. Jikapun ada, tidak sampai selesai apakah dia sudah berhasil sembuh atau belum. Aku komen dan mengirim email yang memang mencantumkan alamat emailnya ke beberapa blogger yang sharing pengalamannya mengenai sakit telinga yang pernah mereka alami. Ada yang membalas emailku dan ada juga yang tidak. Aku tidak tahu emailnya aktif atau tidak kan. 

    Selain itu, aku juga sharing dengan teman-temanku apakah ada yang pernah mengalaminya. Dari beberapa informasi yang aku kumpulkan itu dan setelah berkesperimen datang ke beberapa rumah sakit, munculah nama seorang Profesor yang membuatku penasaran. Aku mencari profile tentang Profesor ini dan dimana dia membuka praktek. Ternyata namanya sudah sangat terkenal dan sudah teruji kapabilitasnya di dunia THT. Nama Profesornya adalah Profesor Helmi. Kalian bisa googling profile Beliau. Beliau praktek di RS SS Medika Salemba, Jakarta Pusat. Ini alamat websitenya KLIK DI SINI. Di sana tertera alamat, maps, nomer Rumah Sakitnya dan info lainnya. Aku berobat di akhir tahun 2020 dimana virus covid19 sedang melanda dunia. Jadi, untuk booking konsultasi dengan Prof. Helmi harus menelpon pada hari yang sama untuk mendapatkan nomer antrian. Pendaftaran dimulai jam 7 pagi. Tetapi, aku kurang tahu sekarang update-nya seperti apa. Jadi, lebih baik telepon dulu rumah sakitnya untuk tahu prosedur pendaftarannya. 

    Aku hanya ditangani oleh Prof. Helmi sekali saja karena beliau akan cuti seminggu, jadi kontrol selanjutnya aku akan ditangani oleh dr. Susana yang praktek di rumah sakit itu juga. Aku kontrol setiap 3 hari sekali untuk diganti tamponnnya oleh dokter. Alhamdulillah 3 kali kontrol atau sekitar sembilan hari pengobatan sudah dinyatakan sembuh. Telingaku sudah bersih dari jamur. Pengobatan telinga berjamur ini tidak bisa hanya sekali kontrol ya. Jadi, tuntaskan sampai benar-benar dinyatakan bersih. Kondisi setiap orang berbeda-beda. Mungkin bisa lebih cepat atau lebih lambat. Tapi rata-rata 3 kali kontrol sudah bersih dari jamur. Untuk biaya pengobatannya sendiri, jika ditangani Prof. Helmi itu sekitar 700 rb. Jika ditangani dr. Susana sekitar 350 rb. Biaya itu sudah termasuk konsul dan tindakan. Itu harga ketika aku berobat di tahun 2020 ya. Aku menggunakan biaya mandiri. Jika ingin menggunakan asuransi atau lainnya silakan ditanyakan saja terlebih dahulu saja.

    Alhamdulillah sampai sekarang telinga aku baik-baik saja dan semoga akan selalu baik-baik saja. Aku tidak lagi menggunakan cotton bud untuk membersihkan dalam telinga. Penggunaan cotton bud justru akan mendorong kotorannya semakin ke dalam. Jadi, kata dokter nanti serumen atau kotoran telinga akan keluar sendiri dari gerakan rahang kita mengunyah, tertawa dan berbicara. Jika pendengaran kalian agak terganggu, sebaiknya dicek saja ke dokter. Lebih baik mencegah daripada mengobati. Hehe. Biaya berobat ke spesialis mahal gaes.

    Banyak banget hal baik yang aku dapatkan dari penyakit ini. Selain untuk belajar bersabar, Aku juga jadi menambah teman karena berkomunikasi dengan teman-teman lain yang belum aku kenal yang mengalami penyakit ini juga. Jadi saling sharing. Ada yang bahkan sampai ke luar pulau seperti Kalimantan dan Sulawesi. Bahkan aku sampai pernah dapet project design dari salah satu pembaca blog aku karena sharing tentang penyakit ini. Dia jadi tahu profesi aku sebagai Graphic Designer. Mungkin kalau aku tidak terkena penyakit ini, tidak akan pernah ada tulisan ini. Buat kalian yang sedang mengalami otomikosis, semoga Allah menguatkan dalam menjalani proses penyembuhannya, sabar, ikhlas, terus berdoa serta tetap optimis bisa sembuh ya. Semangat! semoga tulisan ini bermanfaat :)

3 comments

  1. Makasih sharingnya ya mba...

    ReplyDelete
  2. Sama-sama. Semoga bermanfaat ya :)

    ReplyDelete
  3. Terima kasih Kak Nana sudah berbagi pengalaman terkait Otomikosis pada telinga kiri. Semoga Tuhan selalu memberikan kak Nana kesehatan. Aminn..

    ReplyDelete

Search This Blog

Powered by Blogger.

Labels

Popular Posts

Followers