Passion merupakan perasaan semangat luar biasa dan timbul saat seseorang melakukan sesuatu hal. Tetapi, apakah memilih bekerja dengan passion adalah sebuah mitos? apakah bisa memenuhi kebutuhan tuntutan hidup dengan passion? apakah passion hanya alasan yang menjadikan stigma seseorang malas dalam bekerja dan terkesan pilih-pilih pekerjaan?

    Mungkin beberapa orang yang sudah bekerja dengan cukup stabil di sebuah perusahaan atau instansi tertentu dan dengan profesi yang tidak sesuai dengan passion-nya terkompori dengan "Ini bukan passion saya, saya tidak bahagia. Saya merasa tertekan. Saya ingin bekerja sesuai passion". Kemudian tanpa persiapan yang matang mereka resign dan mengikuti passion-nya. Lalu realitanya ternyata setelah itu tidak sesuai ekspetasinya selama ini, kemudian kecewa dan berkata "bekerja dengan passion hanya omong kosong belaka". Mereka resign mengejar passion atau hanya bosan? Realitanya, bekerja mengikuti passion tidak semulus itu, bukan berarti tanpa tantangan juga. Hehe.

Photo by Pixabay from Pexels

    Banyak yang bisa survive dan bahkan melejit setelah memutuskan resign dari pekerjaan sebelumnya karena tidak sesuai passion. Tetapi tidak sedikit juga yang justru keadaannya sebaliknya karena mengejar passion mereka. Sebagai contoh, ada seseorang yang memiliki passion dengan dunia desain, tetapi dia bekerja di sebuah perusahaan sebagai marketing. Dia tidak nyaman dengan target-target dan deadline yang diberikan dan dia melihat kehidupan orang lain sebagai seorang Freelancer Designer hidupnya terlihat lebih bahagia, bekerja dengan jam suka-suka, tidak monoton dari 9 ke 5 setiap harinya, fee yang didapatkan dalam sekali project bisa melebihi gajinya dalam sebulan bekerja sebagai marketing, dan hal yang terlihat "bahagia" lainnya. Kemudian dia resign dan mencoba masuk ke dunia Freelancer Designer. Pada kenyataannya, untuk menjadi seorang Freelancer Designer juga mempunyai deadline pekerjaan dengan timeline yang mepet, bahkan bisa tidak tidur semalaman, menghadapi negosiasi dengan Klien yang menawar harga dengan sadis atau yang setelah diberikan penawaran harga kemudian menghilang, bisa gak makan berbulan-bulan ini. Hehe. koordinasi dengan klien hampir dilakukan setiap saat bahkan di tanggal merah dan akhir pekan, diperlukan membangun portofolio dan networking untuk mendapatkan Klien dan hal-hal yang tak terlihat lainnya. Seringkali mereka yang resign ini belum siap dengan harga kerja keras yang harus dibayar dan hanya berpikir yang manis-manisnya saja. Pada akhirnya kecewa dan apa yang diekspektasikan pun tidak sesuai kenyataan. 

    Mari kita lihat sudut pandang lainnya. Menurut psikolog kognitif, yaitu Scott Barry Kauffman, menyatakan bahwa passion itu memiliki peranan penting dalam memberikan bahan bakar saat seseorang ingin menyelesaikan proyek yang rumit atau berada dalam pekerjaan yang membutuhkan kreativitas. Passion menciptakan flow dan seseorang yang bekerja dalam flow, memilik kualitas hasil kerja yang lebih baik dan mental yang lebih sehat karena mereka happy dengan apa yang mereka kerjaan. Kita akan bekerja dengan semangat, antusias dan terlibat secara mendalam dalam pekerjaan tersebut. Salah satu ciri yang paling mudah untuk mengetahui apakah kita berada dalam flow saat bekerja adalah waktu terasa berlalu begitu cepat. Tentu saja karena kita menikmati apa yang kita kerjakan. 

    Lalu mengapa jika passion dan potensi diri ini menciptakan flow dalam bekerja, tidak sedikit orang yang menjadi messed up? Menurut Carl Newport, penulis buku Don't follow your passion, it's a trap, passion itu akan muncul setelah kamu bekerja keras dalam melakukan suatu hal hingga akhirnya kamu menjadi ahli di bidang tersebut, bukan sebaliknya. Passion itu untuk menjadi berhasil tidak cukup hanya sekedar bekerja berdasarkan apa yang kita sukai dan berdasarkan kekuatan diri kita. Kehidupan itu dinamis dan juga kejam. Untuk mendapatkan performa terbaik dari diri kita, kita harus berani mengambil tantangan dan resiko yang lebih besar, bertumbuh dan berlatih untuk terus memperbaiki diri karena kalau tidak, kita tidak akan bisa survive dari kompetitior. Misalnya, kita passion dengan dunia desain, antusias mempelajarinya. Tetapi hanya mempelajari dari segi teknisnya saja. Padahal untuk menjadi seorang Freelancer Designer, kita juga perlu mempelajari ilmu marketing, komunikasi, negosiasi dan ilmu-ilmu pendukung yang lainnya. Tentu saja agar kita menjadi berkembang dengan passion dan potensi yang sudah ada pada diri kita. Freelancer Designer tidak hanya satu atau dua orang, tetapi banyak. Bagaimana kita bisa menjual hasil karya kita kepada orang yang membutuhkannya? bagaimana kita mendapatkan fee yang sesuai dengan value yang kita berikan? bagaimana membuat orang lain mempercayakan project-nya kepada kita? dan lain sebagainya.

    Jadi, kita tidak bisa mencintai sebuah pekerjaan sebelum kita menjalani sebuah pekerjaan tersebut dengan serius dan trengginas. Ketika kita menjadi ahli dalam sebuah bidang, kecintaan terhadap pekerjaan tersebut secara otomatis akan hadir. Semua pekerjaan itu melelahkan dan menguras tenaga dan pikiran walaupun pekerjaan itu sesuai dengan passion. Hobi ketika berubah menjadi pekerjaan, pasti ada tanggungjawab di dalamnya. Tidak bisa seenaknya. Tentu ada pressure di dalamnya. Dalam pekerjaan tentu akan ada tuntutan harus begini dan begitu. Mengejar passion adalah pekerjaan yang membutuhkan waktu yang panjang dan tidak semua orang bisa survive dan akhirnya menyerah oleh keadaan. 

    Apapun pekerjaanmu sekarang, sudah sesuai passion atau belum, kerjakanlah dengan optimal dan jangan lupa bersyukur. Jadilah versi terbaik dari dirimu. Sama-sama belajar ya. Semoga bermanfaat.

No comments

Search This Blog

Powered by Blogger.

Labels

Popular Posts

Followers